Minggu, 20 Mei 2012

Aparat Polsekta Bontoala Menangkap Hery Heryanto

Aparat Polsekta Bontoala menangkap Hery Heryanto, 18, pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor), kemarin. Warga Jalan Tinumbu Lorong 148 Nomor 80 Makassar ini diduga merupakan salah satu sindikat curanmor di Makassar dan sekitarnya.

Kabid Humas Polda Sulselbar Kombes Pol Chevy Ahmad Sopari mengatakan, Hery ditangkap ketika akan mencuri sepeda motor Honda Supra Nopol DD 2883 IR. Motor tersebut merupakan milik Nuripansya, 44, anggota TNI AL D/a Mes TD Marinir Lantamal Yos Sudarso Makassar. Informasi yang diperoleh, Hery tertangkap tangan saat akan mengambil motor oleh korban.

Selanjutnya, korban langsung menyerahkannya ke Polsek Bontoala. ”Saat ini laporan sudah ada di Polsek Bontoala,” kata Chevy di Makassar, kemarin. Saat dilakukan pemeriksaan dan pengembangan, Hery diketahui memiliki jaringan yang sama oleh pelaku curanmor berinisial C. Saat ini C dinyatakan buron. Dalam menjalankan aksinya, C berpura-pura menjadi anggota Brimob berpangkat Brigadir.

2 Bayi Menderita Hydrochepallus

Dua bayi lahir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mamuju dengan kondisi menderita hydrochepallus atau pembengkakan kepala. Kedua bayi ini berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Untuk bayi yang berjenis kelamin laki-laki adalah putra pasanganAttu,28,dan Saparia, 24,warga Karossa, Kabupaten Mamuju. Selain menderita hydrochepallus, bayi berusia tiga pekan ini juga menderita labiopalatusisis atau bibir sumbing. Bayi ini belum memiliki nama, namun dia sering dipanggil Aco, sapaan untuk anak lakilaki. Baik Attu maupun Saparia berusaha menutupi kelainan bayi laki-lakinya itu.

Bahkan ketika pihak RSUD memintanya untuk dirujuk ke Makassar, mereka memilih kembali ke kampung halaman, dengan alasan akan dibicarakan terlebih dulu dengan keluarga. ”Memang kami ditawarkan sejumlah dana untuk merujuk anak kami ke Makassar. Tapi kami ragu, apakah dana itu cukup? Kami hanya orang desa dan tidak tahu apa-apa.

Karena itu, kami kembali ke kampung untuk berembug dengan keluarga,” kata Attu di depan ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD Mamuju, kemarin. Besarnya kasih sayang pada putra pertama dan masukan dari berbagai pihak, akhirnya Attu kembali membawa bayi laki-lakinya itu ke RSUD Mamuju. Sementara Saparia berada di Karossa.Menurut Attu, istrinya istirahat setelah menjalani operasi bedah cesar sambil menunggui empat anak lainnya.

Menurut tim dokter, bayi tersebut mengalami penimbunan cairan serebrospinalis. Pembengkakan kepala yang mencapai ukuran 39 sentimeter itu membuat proses kelahirannya harus melalui bedah cesar. Idealnya,kepala bayi saat lahir berukuran 32 sentimeter. Selain menderita hydrochepallus dan labiopalatusisis, ternyata sang bayi juga mengidap respiratoris syndhrome atau penyebab sesak napas.

”Pada saat diperiksa bidan di kampung, tidak ada kelainan sehingga tidak dirujuk ke Mamuju. Bahkan bidan mengatakan jabang bayi kami sehat, karena tendangannya sangat kuat. Diduga, kami akan mendapatkan anak kembar. Namun saat lahir ternyata cacat,” tutur Attu. Diakui, saat hamil Saparia sering mengeluh sakit di bagian pinggang dan pusing-pusing. Untuk menghilangkan rasa sakit itu, dia mengonsumsi obat yang dibelinya di warung.

Istrinya, lanjut Attu, juga mengonsumsi obat yang diberikan bidan. Selain Aco,di ruang yang sama ada seorang bayi perempuan berusia enam hari yang juga belum memiliki nama. Putri pasangan Abd Rahmat dan Nursyam, warga Kecamatan Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara (Matra) ini sering dipanggil Becce’. Dia menderita hydrochepallus dan kakinya bersilangan.

Menurut sejumlah perawat, kaki itu tidak cacat namun tetap harus mendapat perawatan. Kaki yang bersilangan itu disebabkan rahim yang sempit akibat pembengkakan kepala. Saat ditemui di ruang NICU RSUD Mamuju, Becce’ hanya ditemani oleh dua orang keluarganya. Abd Rahmat yang bekerja sebagai PNS di Bappeda Pemkab Matra dikabarkan sedang berada di Pasangkayu.

”Kalau ibunya Becce’ ada di rumah. Dia baru saja keluar dari Rumah Sakit Regional setelah menjalani operasi bedah cesar. Kami tidak tahu harus berbuat apa,karena belum ada respon mendapat bantuan seperti Aco,” tutur salah seorang keluarga Becce’ yang identitasnya enggan disebutkan. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Mamuju, drg.Firmon mengatakan, pengobatan bayi malang itu akan ditanggung penuh oleh Pemkab Mamuju.

Sayangnya, saran dari pihak rumah sakit dan pemerintah untuk dirujuk ke Makassar baru disetujui kemarin. Disebutkan, Dinkes Mamuju sudah menyiapkan dana Rp8 juta untuk biaya transportasi dan rujukan ke Makassar. Dana itu masih utuh tersimpan dan akan diserahkan saat Attu dan Saparia bersedia merujuk bayinya. ”Kami tidak lelah menyarankan pada kedua orang tua agar bayinya dirujuk ke Makassar. Hingga akhirnya hari ini mereka bersedia,”katanya.